Di antara fungsi hati, menurut Al-Ghazali, adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Allah telah menciptakan hati sebagai tempat Dia bersemayam. Allah berfirman dalam sebuah hadis Qudsi: Langit dan bumi tidak dapat meliputiKu. Hanya hati manusia yang dapat meliputiKu.
Hadis ini menunjukkan bahwa fungsi hati adalah untuk mengenal Allah, mencintai Allah, menemui Allah, dan pada tingkat tertentu, melihat Allah atau berjumpa dengan-Nya. Hati yang berpenyakit ditandai dengan tertutupnya mata batin kita dari penglihatan-penglihatan ruhaniah.
Tanda-Tanda Penyakit Hati
Pertama, kehilangan cinta yang tulus. Orang yang menghidap penyakit hati tidak akan boleh mencintai orang lain dengan benar dan ikhlas. Dia tidak mampu mencintai keluarganya dengan ikhlas. Orang seperti itu agak payah mencintai Nabi, apalagi mencintai Tuhan yang lebih abstrak.
Oleh kerana dia tidak boleh mencintai dengan tulus, dia juga tidak akan mendapat kecintaan yang tulus dari orang lain. Sekiranya ada yang mencintainya dengan tulus, ia akan curiga akan kecintaan itu.
Kedua, kehilangan ketenteraman dan ketenangan batin. Antara penyebab hati tak tenteram adalah berpunca dari sifat-sifat mazmummah iaitu cinta dunia, tamak, kedekut, riak, pemarah, ego, pendendam, hasad dengki, buruk sangka dan tidak sabar.
Ketiga, memiliki hati dan mata yang keras. Pengidap penyakit hati mempunyai mata yang sukar terharu dan hati yang sulit tersentuh.
Keempat, kehilangan kekhusyukan dalam ibadat.
Kelima, malas beribadat atau beramal.
Keenam, senang melakukan dosa. Orang yang berpenyakit hati merasakan kebahagiaan dalam melakukan dosa. Tidak ada perasaan bersalah yang mengganggu dirinya sama sekali. Sebuah doa dari Nabi saw berbunyi: “Ya Allah, jadikanlah aku orang yang apabila berbuat baik aku berbahagia dan apabila aku berbuat dosa, aku cepat-cepat beristighfar.”
Di antara taubat yang tidak diterima Allah ialah taubat orang yang tidak pernah merasa perlu untuk bertaubat karena tak merasa berbuat dosa Kali pertama seseorang melakukan dosa, ia akan merasa bersalah.
Tetapi saat ia mengulanginya untuk kedua kali, rasa bersalah itu akan berkurang. Setelah ia berulang kali melakukan maksiat, ia akan mulai menyenangi kemaksiatan itu. Bahkan ia menjadi ketagihan untuk berbuat maksiat terus menerus.
Ini menandakan orang tersebut sudah berada dalam kategori firman Allah: “Dalam hatinya ada penyakit lalu Allah tambahkan penyakitnya.” (QS. Al-Baqarah: 10)
Dalam kitabnya Ihyâ ‘Ulûmuddîn, Al-Ghazali berbicara tentang tanda-tanda penyakit hati dan cara-cara untuk mengetahui penyakit hati tersebut. Ia menyebutkan sebuah doa yang isinya meminta agar kita diselamatkan dari berbagai jenis penyakit hati: “Ya Allah aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, nafsu yang tidak kenyang, mata yang tidak menangis, dan doa yang tidak diangkat.” Doa yang berasal dari hadis Nabi saw ini, menunjukkan tanda-tanda orang yang mempunyai penyakit hati.
Merujuk pada doa di atas, kita boleh menyimpulkan ciri-ciri orang yang berpenyakit hati sebagai berikut:
Pertama, memiliki ilmu yang tidak bermanfaat. Ilmunya tidak berguna baginya dan tidak menjadikannya lebih dekat kepada Allah swt. Al-Quran menyebutkan orang yang betul-betul takut kepada Allah itu sebagai orang-orang memiliki ilmu: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya ialah orang yang berilmu. (QS. Fathir: 28). Jika ada orang yang berilmu tapi tidak takut kepada Allah, bererti dia memiliki ilmu yang tidak bermanfaat.
Kedua, mempunyai hati yang tidak boleh khusyuk. Dalam menjalankan ibadah, ia tidak boleh mengkhusyukkan hatinya sehingga tidak boleh menikmati ibadahnya. Ibadah menjadi sebuah kegiatan rutin yang tidak mempengaruhi perilakunya sama sekali. Tanda lahiriah dari orang yang hatinya tidak khusyuk adalah matanya sukar menangis. Nabi saw menyebutnya sebagai jumûd al-‘ain (mata yang beku dan tidak bisa mencair).
Di dalam Al-Quran, Allah menyebut manusia-manusia yang salih sebagai mereka yang …seringkali terhempas dalam sujud dan menangis terisak-isak. (QS. Maryam: 58)
Ketiga, memiliki nafsu yang tidak pernah kenyang. Ia memendam cita-cita yang tak pernah habis, keinginan yang terus menerus, serta keserakahan yang takkan terpuaskan.
Adapun ciri keempat dari orang yang berpenyakit hati adalah doanya tidak diangkat dan didengar Tuhan.
Cara Mengubat Hati
Berkata seorang ulama, Ibrahim Al-Khawas RA: “ Sesungguhnya ubat hati itu ada lima perkara, maka ubatilah hati kamu dengan lima perkara tersebut. Pertamanya, bacalah Al-Quran dengan menghayati isi kandunganya. Kedua, berpuasa atau mengosongkan perut dari terlalu kenyang. Ketiga, bangun ( beribadat ) di waktu malam. Keempat, menghampirkan diri kepada Allah ( beribadat ), berzikir berpanjangan di sepertiga malam dan yang kelimanya, sentiasa bersama-sama di dalam majlis orang-orang yang soleh ”.
Menurut Imam Al-Ghazali pula, ubat hati adalah dengan mencari guru yang mengetahui penyakit hati kita. Ketika kita datang kepada guru tersebut, kita harus datang dengan segala kepasrahan. Kita tidak boleh tersinggung jika guru itu memberitahukan penyakit hati kita.
Umar Ibn Al-Khattab pernah berkata, “Aku menghargai sahabat-sahabatku yang menunjukkan aib-aibku sebagai hadiah untukku.” Seorang guru harus mencintai kita dengan tulus dan begitu pula sebaliknya, Kita harus mencintai guru kita dengan tulus. Apa pun yang dikatakan guru, kita tidak menjadi marah.
Allah sangat tidak suka dengan hati yang selalu lalai, mudah-mudahan Allah SWT mengampuni semua dosa-dosa kita dan memelihara kita dan keluarga kita dari sifat-sifat yang tercela yang tidak akan mendapatka redha Allah dan rasulnya.
Teringat saya akan lagu yang kami nyanyikan (Tombo Ati oleh Opick) ketika kursus Amalan Kesogehan (AK) yang dikendalikan oleh Dato’ Dr Hj Rusly Abdullah. Lagu yang memberi kesan dan bermakna untuk kami, graduan AK.
Dan sebuah lagu Ketulusan Hati -Annuar Zain. Lirik yang menyentuh hati..... Ya Allah, tetapkan hatiku di jalanMu, Ya Allah.
No comments:
Post a Comment